Kesalahan
dan dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia banyak sekali. Setiap hari, manusia
pernah berbuat dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar, baik dosa kepada Khaliq
(Allah Maha Pencipta) maupun dosa kepada makhlukNya.
Setiap
anggota tubuh manusia pernah melakukan kesalahan dan dosa. Mata sering melihat
yang haram, lidah sering bicara yang tidak benar, berdusta, melaknat, sumpah
palsu, menuduh, membicarakan aib sesama muslim (ghibah), mencela, mengejek,
menghina, mengadu-domba, memfitnah, dan lain-lain.
Telinga
sering mendengarkan perkataan tidak baik. Tangan sering menyentuh
perempuan yang bukan mahram, mengambil barang yang bukan miliknya (ghasab),
mencuri, memukul, bahkan membunuh, atau melakukan kejahatan lainnya.
Kaki
pun sering melangkah ke tempat-tempat maksiat dan dosa-dosa lainnya. Dosa dan
kesalahan akan berakibat keburukan dan kehinaan bagi pelakunya, baik di dunia
maupun di akhirat, bila orang itu tidak segera bertaubat kepada Allah.
Setiap
muslim dan muslimah pernah berbuat salah, baik dia sebagai orang awam maupun
seorang ustaz, daie, pendidik atau pun ulama. Kerana itu, setiap orang tidak
boleh lepas dari istighfar (minta ampun kepada Allah) dan selalu bertaubat
kepadaNya, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Setiap
hari Baginda SAW memohon ampun kepada Allah sebanyak seratus kali. Bahkan dalam
suatu hadis disebutkan, bahawa Baginda SAW meminta ampun kepada Allah seratus
kali dalam satu majlis.
Dari
Ibnu ‘Umar, ia berkata: ”Kami pernah menghitung di satu majlis Rasulullah SAW
bahawa seratus kali beliau mengucapkan, ‘Ya Rabb-ku, ampunilah aku dan aku
bertaubat kepadaMu, sesungguhnya Engkau Maha menerima taubat lagi Maha
Penyayang’.”
Jika
seorang muslim dan muslimah pernah berbuat dosa-dosa besar atau dosa yang
paling besar, maka segeralah bertaubat. Tidak ada kata terlambat dalam masalah
taubat, pintu taubat selalu terbuka sampai matahari terbit dari barat.
Dalam
sebuah hadis dari Abu Musa ‘Abdullah bin Qais Al Asy’ari bahwasanya Rasulullah
SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT selalu membuka tanganNya di waktu malam
untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di siang hari, dan Allah
membuka tanganNya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang melakukan
kesalahan di malam hari. Begitulah, hingga matahari terbit dari barat”.
Hadis
ini dan hadis-hadis yang lainnya menunjukkan, bahwasanya Allah Azza wa Jalla
senantiasa memberi ampunan di setiap waktu dan menerima taubat setiap saat.
Dia
selalu mendengar suara istighfar dan mengetahui taubat hambaNya, bila-bila saja
saja dan di mana saja.
Oleh, jika manusia mengabaikan perkara taubat ini dan lengah dalam menggunakan kesempatan untuk mencapai keselamatan, maka rahmat Allah nan luas itu akan berbalik menjadi malapetaka, kesedihan dan kepedihan di padang mahsyar.
Oleh, jika manusia mengabaikan perkara taubat ini dan lengah dalam menggunakan kesempatan untuk mencapai keselamatan, maka rahmat Allah nan luas itu akan berbalik menjadi malapetaka, kesedihan dan kepedihan di padang mahsyar.
Hal
ini tak ubahnya seseorang yang sedang kehausan, padahal di hadapannya ada air
bersih, namun ia tidak dapat menjamahnya, hingga datanglah maut menjemput
sesudah merasakan penderitaan haus tersebut.
Begitulah gambaran orang-orang kafir dan orang-orang yang durhaka. Pintu rahmat sebenarnya terbuka lebar, tetapi mereka enggan memasukinya. Jalan keselamatan sudah tersedia, namun mereka tetap berjalan di jalan kesesatan.
Begitulah gambaran orang-orang kafir dan orang-orang yang durhaka. Pintu rahmat sebenarnya terbuka lebar, tetapi mereka enggan memasukinya. Jalan keselamatan sudah tersedia, namun mereka tetap berjalan di jalan kesesatan.
Dan
apabila tanda-tanda Kiamat besar telah tampak, yakni matahari sudah terbit dari
barat. Kematian sudah di ambang pintu, yakni nyawa sudah berada di halkum, maka
taubat tidak lagi diterima.
Allah
SWT berfirman: ”Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat
kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau datangnya siksa Rabb-mu atau
kedatangan beberapa ayat Rabb-mu. Pada hari datangnya beberapa ayat Rabb-mu,
maka iman seseorang sudah tidak lagi berguna, yang sebelumnya itu tidak pernah
beriman atau selama dalam imannya itu dia tidak pernah melakukan kebajikan.
Katakanlah: “Tunggullah, sesungguhnya Kami akan menunggu”. (Surah al-An’am,
ayat 158)
Dalam
surat yang lain Allah SWT berfirman yang bermaksud: “Taubat itu bukanlah bagi
orang-orang yang berbuat kemaksiatan, sehingga apabila kematian telah datang
kepada seseorang di antara mereka lalu ia berkata: “Sungguh sekarang ini aku
taubat” dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati dalam keadaan
kafir. Bagi mereka Kami sediakan siksa yang pedih”. (Surah an-Nisa, ayat 18).
No comments:
Post a Comment